Merakyatkan
Perpustakaan Sekolah
Adanya beberapa jenis perpustakaan yang ada Indonesia,
membuat perpustakaan seakan memiliki tugas, tanggung jawab, fungsi, dan
wewenang yang berbeda pada setiap jenis perpustakaan. Dalam hal keanggotaan,
pembagian jenis perpustakaan juga membuat perbedaan yang membuat anggota
perpustakaan seolah terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Seluruh masyarakat
memang berhak menjadi anggota di Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum
dan/atau perpustakaan khusus, namun alasan jarak dan waktu membuat masyarakat
tidak sepenuhnya dapat memanfaatkan perpustakaan. Perpustakaan Sekolah dan
Perpustakaan Perguruan Tinggi juga seakan seperti memiliki anggotanya
masing-masing dalam artian anggota perpustakaan perguruan tinggi adalah warga perguruan
tinggi dan anggota sebuah perpustakaan sekolah adalah warga perpustakaan
sekolah itu sendiri. Lalu, bagaimana dengan warga masyarakat yang tidak sekolah
dan kuliah, apakah warga masyarakat tersebut dapat memperoleh informasi yang
mereka butuhkan sedangkan mereka kesulitan untuk mengakses perpustakaan
nasional dan perpustakaan umum?
Untuk Perpustakaan Sekolah sendiri, sekolah yang sudah
mengintegrasikan mata pelajaran dengan perpustakaannya dapat memberikan
kesempatan lebih untuk para siswa dapat berkunjung ke perpustakaan, akan tetapi
untuk sekolah yang belum mengintegrasikan tentu kunjungan para siswa ke
perpustakaan akan sangat terbatas. Dari segi akses waktu (waktu layanan perpustakaan), banyak siswa yang tidak
dapat mengakses perpustakaan karena hanya mempunyai waktu luang di jam
istirahat saja. Banyak siswa yang sebenarnya memiliki waktu luang di sore hari
dan sering kali waktu luang tersebut diisi dengan berbagai kegiatan yang terkadang
kurang positif atau bahkan banyak cenderung bersifat negatif. Salah satunya
adalah anak-anak yang selesai sekolah yang mengisi kegiatan dengan bermain game, atau remaja dan generasi muda
mengisi kegiatannya dengan balap motor, tawuran atau hal-hal lain yang bersifat
negatif. Seperti dilansir di kompas, melihat fakta
akhir-akhir ini dengan banyaknya kegiatan-kegiatan negatif yang melibatkan
anak, remaja atau generasi muda, mengajak mereka untuk membiasakan diri membaca
buku kesukaan bisa menjadi salah satu solusi (edukasiana Kompas).
Beberapa permasalahan tersebut disadari atau tidak
ternyata telah menyebabkan akses siswa untuk mendapatkan layanan perpustakaan sekolah
menjadi terhambat. Sehingga berpengaruh kepada pemanfaatan layanan perpustakaan
dan minat baca siswa. Terbatasnya kesempatan untuk dapat memperoleh informasi
membuat perpustakaan terasa ”jauh” dengan siswa. Sehingga fungsi perpustakaan
yang seharusnya menjadi sumber belajar sepanjang hayat bagi masyarakat seakan terpenjara oleh akses
layanan perpustakaan itu sendiri. Mungkin apabila perpustakaan sekolah masih
buka di sore hari dan masyarakat juga diarahkan untuk mengisi kegiatannya
dengan berkunjung ke perpustakaan tentu kegiatan-kegiatan negatif tersebut
dapat diminimalisir.
Di sisi lain, banyak anak dan remaja yang tinggal di desa
atau kota yang tidak dapat mengemban pendidikan di sekolah padahal rumahnya
dekat dengan sekolah, banyak warga negara yang berada di garis kemiskinan
sehingga tidak mampu membeli buku atau mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkannya padahal dia memiliki banyak waktu luang yang bisa digunakan untuk
membaca dan mendapatkan informasi.
Sebenarnya perpustakaan memiliki beberapa aspek yang
seharusnya dapat dimaksimalkan digunakan oleh seluruh siswa atau masyarakat secara
umum. Sebagai contoh perpustakaan sekolah yang memiliki beberapa komponen
sebagai berikut:
a)
Koleksi Perpustakaan
Setiap
perpustakaan memiliki koleksi yang yang dapat dilayankan kepada pemustaka.
Seharusnya koleksi tersebut dapat dimaksimalkan penggunaannya sehingga koleksi
perpustakaan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
b)
Peraturan dan Sistem Perpustakaan
Sistem
dan manajemen yang telah terbangun di perpustakaan dalam bidang pengadaan, pengolahan, dan pelayanan
dapat mempermudah proses pembangunan layanan yang lebih humanis ini. Akan
tetapi untuk menjaga keamanan koleksi dapat dimungkinkan menerapkan layanan
dapat dibedakan, misalnya layanan tertutup.
c)
Sarana dan Prasarana (Gedung dan ruang
baca)
Untuk
membangun sarana dan prasarana tentu dibutuhkan biaya yang sangat besar, tentu
hal ini merupakan aset yang sangat berharga.
d) Petugas Perpustakaan (Pustakawan)
Sumber :
Prasetyo, Eko. 2012. Buku Mahal dan
Generasi Membaca. dalam http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/28/buku-mahal-dan-generasi-membaca-504869.html
0 comments:
Post a Comment