10 October 2013

Merakyatkan Perpustakaan Sekolah

Merakyatkan Perpustakaan Sekolah

Adanya beberapa jenis perpustakaan yang ada Indonesia, membuat perpustakaan seakan memiliki tugas, tanggung jawab, fungsi, dan wewenang yang berbeda pada setiap jenis perpustakaan. Dalam hal keanggotaan, pembagian jenis perpustakaan juga membuat perbedaan yang membuat anggota perpustakaan seolah terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Seluruh masyarakat memang berhak menjadi anggota di Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum dan/atau perpustakaan khusus, namun alasan jarak dan waktu membuat masyarakat tidak sepenuhnya dapat memanfaatkan perpustakaan. Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi juga seakan seperti memiliki anggotanya masing-masing dalam artian anggota perpustakaan perguruan tinggi adalah warga perguruan tinggi dan anggota sebuah perpustakaan sekolah adalah warga perpustakaan sekolah itu sendiri. Lalu, bagaimana dengan warga masyarakat yang tidak sekolah dan kuliah, apakah warga masyarakat tersebut dapat memperoleh informasi yang mereka butuhkan sedangkan mereka kesulitan untuk mengakses perpustakaan nasional dan perpustakaan umum?
Untuk Perpustakaan Sekolah sendiri, sekolah yang sudah mengintegrasikan mata pelajaran dengan perpustakaannya dapat memberikan kesempatan lebih untuk para siswa dapat berkunjung ke perpustakaan, akan tetapi untuk sekolah yang belum mengintegrasikan tentu kunjungan para siswa ke perpustakaan akan sangat terbatas. Dari segi akses waktu (waktu  layanan perpustakaan), banyak siswa yang tidak dapat mengakses perpustakaan karena hanya mempunyai waktu luang di jam istirahat saja. Banyak siswa yang sebenarnya memiliki waktu luang di sore hari dan sering kali waktu luang tersebut diisi dengan berbagai kegiatan yang terkadang kurang positif atau bahkan banyak cenderung bersifat negatif. Salah satunya adalah anak-anak yang selesai sekolah yang mengisi kegiatan dengan bermain game, atau remaja dan generasi muda mengisi kegiatannya dengan balap motor, tawuran atau hal-hal lain yang bersifat negatif. Seperti dilansir di kompas, melihat fakta akhir-akhir ini dengan banyaknya kegiatan-kegiatan negatif yang melibatkan anak, remaja atau generasi muda, mengajak mereka untuk membiasakan diri membaca buku kesukaan bisa menjadi salah satu solusi (edukasiana Kompas).
Beberapa permasalahan tersebut disadari atau tidak ternyata telah menyebabkan akses siswa untuk mendapatkan layanan perpustakaan sekolah menjadi terhambat. Sehingga berpengaruh kepada pemanfaatan layanan perpustakaan dan minat baca siswa. Terbatasnya kesempatan untuk dapat memperoleh informasi membuat perpustakaan terasa ”jauh” dengan siswa. Sehingga fungsi perpustakaan yang seharusnya menjadi sumber belajar sepanjang hayat bagi  masyarakat seakan terpenjara oleh akses layanan perpustakaan itu sendiri. Mungkin apabila perpustakaan sekolah masih buka di sore hari dan masyarakat juga diarahkan untuk mengisi kegiatannya dengan berkunjung ke perpustakaan tentu kegiatan-kegiatan negatif tersebut dapat diminimalisir.
Di sisi lain, banyak anak dan remaja yang tinggal di desa atau kota yang tidak dapat mengemban pendidikan di sekolah padahal rumahnya dekat dengan sekolah, banyak warga negara yang berada di garis kemiskinan sehingga tidak mampu membeli buku atau mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkannya padahal dia memiliki banyak waktu luang yang bisa digunakan untuk membaca dan mendapatkan informasi.
Sebenarnya perpustakaan memiliki beberapa aspek yang seharusnya dapat dimaksimalkan digunakan oleh seluruh siswa atau masyarakat secara umum. Sebagai contoh perpustakaan sekolah yang memiliki beberapa komponen sebagai berikut:
a)      Koleksi Perpustakaan
Setiap perpustakaan memiliki koleksi yang yang dapat dilayankan kepada pemustaka. Seharusnya koleksi tersebut dapat dimaksimalkan penggunaannya sehingga koleksi perpustakaan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
b)      Peraturan dan Sistem Perpustakaan
Sistem dan manajemen yang telah terbangun di perpustakaan dalam  bidang pengadaan, pengolahan, dan pelayanan dapat mempermudah proses pembangunan layanan yang lebih humanis ini. Akan tetapi untuk menjaga keamanan koleksi dapat dimungkinkan menerapkan layanan dapat dibedakan, misalnya layanan tertutup.
c)      Sarana dan Prasarana (Gedung dan ruang baca)
Untuk membangun sarana dan prasarana tentu dibutuhkan biaya yang sangat besar, tentu hal ini merupakan aset yang sangat berharga.
d)     Petugas Perpustakaan (Pustakawan)



Sumber :
Prasetyo, Eko. 2012. Buku Mahal dan Generasi Membaca. dalam http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/28/buku-mahal-dan-generasi-membaca-504869.html




0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 Blog1985. All Rights Reserved. Template by CB Blogger. Powered by Blogger.